Ziarah Religi ke Makam Sunan Muria Kudus


Selamat datang di blog Kangbabas, dimana tempat saya sharing dan berbagi cerita dan juga pengalaman. Kali ini Kangbabas akan bercerita tentang pengalaman berziarah ke Sunan Muria. Ya, salah satu wali 9 yang ada di Kudus dimana makamnya terletak di lereng Gunung Muria. Jaraknya sekitar 18 km keutara dari pusat kota Kudus.

Beberapa hari kemarin, kakak ipar saya dari Jakarta datang kerumah alias balik ndeso atau istilahnya pulang kampung. Sekitar satu minggu berada dirumah membuat waktu terasa semakin lama. Untuk melepas kejenuhan maka dapatlah ide untuk berziarah ke Makam Sunan Muria.

pintu masuk kawasan Makam Sunan Muria

Sejarah Wali Songo memang terkenal tidak hanya di jawa, namun di seluruh nusantara karena berkat jasa para wali lah agama Islam dapat tersebar dan berkembang seperti sekarang ini. Salah satu anggota wali songo adalah Sunan Muria.

Silsilah Sunan Muria
Menurut sejarah, Sunan Muria adalah putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Beliau adalah seorang penyebar agama Islam di kawasan lereng Gunung Muria. Sunan Muria berbeda dengan ayahnya, beliau menyukai tinggal didaerah yang terpencil dan jauh dari keramaian. Untuk menyebarkan agama Islam, beliau menggunakan cara-cara halus sambil mengajarkan keterampilan cara bercocok tanam, berdagang dan juga melaut. Jiwa seni yang ada didalam diri beliau juga digunakan untuk berdakwah. Wayang dan gamelan adalah kesenian yang digunakan untuk menyampaikan dakwah ajaran Islam kepada para pengikutnya. Tembang Sinom dan Kinanthi adalah salah satu hasil karya seni yang beliau ciptakan.

Sejarah Sunan Muria

Peran Sunan Muria sebagai penengah konflik di Kesultanan Demak (1518-1530) sangatlah penting. Berkat jasa beliau, konflik serumit apapun dapat dicarikan solusinya yang dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Jalur dakwah Sunan Muria diantaranya adalah Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus dan Pati. Oleh karena jasa dan peran beliau semasa hidupnya, maka tak heran jika Makam Sunan Muria tidak pernah sepi dari para peziarah.

Jika anda ingin berziarah ke Makam Sunan Muria, maka anda tentunya akan singgah di desa Colo. Yaitu desa yang terletak di lereng Gunung Muria yang tingginya sekitar 1600 m. Diatas bukit Muria itulah terdapat Makam Sunan Muria, tepatnya berada dibelakang Masjid yang konon dibangun sendiri oleh Beliau.

Asal Mula Nama Muria
Berdasarkan buku “Kudus Purbakala Dalam Perjoagan Islam” karya Solihin Salam terbitan percetakan Menara Kudus halaman 47-50. Penulis mengutip dari sebuah buku “A Short Cultural History of Indonesia” karya Soetjipto Wirjosoeparto berpendapat bahwa nama Muria diidentifikasikan dengan nama sebuah bukit yang berada di Yerusalem Palestina. Didekat Yerusalem sana, ada sebuah bukit yang bernama “Gunung Moriah” dimana Nabi Daud dan Nabi Sulaiman dahulu membangun sebuah kanisah.

Saat masuk ke kawasan Colo, maka anda akan melewati Gerbang masuk. Di Pintu masuk ini anda diharuskan membayar karcis masuk sebesar Rp.2.000,- per orang. Setelah melewati gerbang, maka anda akan menemukan tempat parkir bagi area bus dan kendaraan roda empat. Untuk kendaraan roda dua, silahkan anda pilih sendiri tempat penutipan sepeda motor karena disepanjang jalan menuju tempat lokasi tersedia banyak jasa penitipan sepeda motor.

Untuk menuju ke tempat Makam Sunan Muria, ada dua jalan alternatif. Pertama adalah anda bisa berjalan kaki menaiki tangga menuju puncak bukit yang jaraknya sekitar 1km atau anda bisa menggunakan jasa ojek motor dengan tarif Rp.10.000,- per orang. Jika anda ingin menikmati alam sekitar dan suasana lereng Gunung Muria, anda bisa berjalan kaki. Disepanjang jalan menuju makam terdapat banyak kios yang menjual berbagai macam souvenir, cinderamata, pernak-pernik, baju, makanan dan minuman. Jadi jika anda merasa lelah dan capek, anda bisa langsung mampir ke kios penjual makanan dan minuman yang anda inginkan sambil melihat keindahan kota Kudus dari lereng Gunung Muria.

Kompleks Makam Sunan Muria
Setelah sampai dipuncak, maka anda akan menjumpai sebuah Masjid. Masjid yang dulu dibangun oleh Sunan Muria itu kini telah direnovasi dan semakin indah. Untuk menuju Makam Sunan Muria sebelum sampai Masjid ada sebuah jalan khusus yang digunakan oleh para peziarah. Disitu anda diperbolehkan masuk dengan syarat melepas alas kaki. Ada banyak penjual kantong plastik jika anda lupa membawa dan ingin membeli untuk tempat alas kaki anda tersebut.

Mihrab Masjid Sunan Muria

Setelah anda memasuki pintu gerbang makam, maka anda akan melihat di pelataran dipenuhi oleh 17 batu nisan. Batu nisan tersebut adalah makam beberapa para prajurit dan punggawa Sunan Muria.

Di batas utara pelataran ini berdiri bangunan cungkup makam beratapkan sirap dua tingkat. Di dalamnya terdapat makamnya Sunan Muria. Cungkup makam ini selalu ditutupi dengan kain putih mengelilingi makam. Di sampingnya sebelah timur, ada nisan yang konon makamnya puterinya perempuan bernama Raden Ayu Nasiki. Dan tepat di sebelah barat dinding belakang masjid Muria, sebelah selatan mihrab terdapat makamnya Panembahan Pengulu Jogodipo, yang menurut keterangannya Juru Kunci adalah putera sulungnya Sunan Muria.

Makam Sunan Muria

Setelah selesai berdo'a di komplek Makam Sunan Muria, Kangbabas dan kakak ipar berjalan keluar menyusuri lorong menuju ke Masjid. Sebelum ke Masjid, ada tempat yang harus disinggahi. Yaitu Gentong Peninggalan Sunan Muria. Gentong ini adalah sumber air yang konon berkhasiat mampu mengobati berbagai penyakit. Para peziarah banyak yang menyempatkan diri untuk meminum air yang telah disediakan didalam gelas-gelas plastik. Airnya sangat dingin dan menyegarkan sekali.

Gentong Sunan Muria

Setelah selesai dari tempat Gentong tersebut, kami berjalan menuju Masjid melewati jalan lorong yang khusus disediakan bagi para peziarah. Untuk menuju masjid, anda disediakan anak tangga. Karena letak masjid berada diatas lorong jalan. Masjid yang kini telah selesai direnovasi menyisakan beberapa tempat yang masih asli seperti dulu. Diantaranya adalah soko tiang masjid dan tempat mihrab. Didalam masjid tersebut udara sangat sejuk sehingga membuat betah bagi orang yang sedang beribadah.

Di depan masjid terdapat kios-kios kecil berderat yang menjual pernak-pernik tasbih, kalung, gelang, makanan khas dan juga sovenir untuk oleh-oleh. Kios-kios tersebut sungguh ramai dikunjungi oleh para peziarah. Yang perlu diingat, anda harus berani menawarnya.

Setelah puas jalan-jalan dan melihat pemandangan dari lereng Gunung Muria serta membeli sovenir, kamipun segera pulang. Karena kecapaian, kami turun dari tempat Kompleks Makam ke Tempat Parkiran menggunakan jasa ojek motor. Tak jauh dari masjid, terdapat pangkalan tukang ojek yang siap mengantar kami ke bawah tempat kami parkir motor. Satu motor bisa digunakan berdua berboncengan. Jalur yang digunakan untuk mengantar kami ke bawah sangat indah dan juga menegangkan, karena dikanan dan kiri adalah jurang. Sedangkan jalurnya juga berliku. Namun bagi tukang ojek yang sudah pengalaman ini sudah biasa. Setelah sekitar 5 -10 menit sampailah kami di tempat parkiran motor. Kamipun bersiap-siap untuk pulang. Lumayan capek, tapi sangat berkesan bagi Kangbabas bisa berkumpul keluarga dan ziarah religi ke Makam SunanMuria.

Saya adalah blogger otodidak. Didalam blog ini saya tuliskan apa yang telah saya kerjakan berdasarkan pengalaman pribadi. Saya berharap semoga semua artikel bermanfaat bagi anda semua.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

3 comments

Write comments
Kangbabas
AUTHOR
December 25, 2015 at 7:44 PM delete

bagi yang belum pernah ziarah ke makam sunan muria, semoga bisa menjadi referensi...

Reply
avatar